Jumat, 18 September 2009

Arung jeram Sungai Cianten


Olahraga arung jeram dapat dijadikan alternatif wisata akhir pekan. Apabila Anda selama ini hanya memandang keindahan sungai berarus deras dari kejauhan, dengan mengikuti arung jeram Anda bisa menikmati keindahan arus derasnya. Tegang, menantang, berbahaya sekaligus mengasikkan.

Perjalanan arung jeram (rafting) yang pernah diikuti Healty Life (HL) ini dilakukan beberapa waktu lalu. Bersama rekan-rekan yang hobi petualang khususnya arung jeram, kali ini Sungai Cianten adalah pilihan selanjutnya selain jeram-jeram yang pernah dicoba. Itu HL lakukan bersama 4 orang rekan penggila arus deras.

Nah, untuk mencoba derasnya arus sungai tersebut, tentunya kami menunggu saat musim hujan tiba. Pasalnya disinilah alunan arus begitu menggoda dan menantang hingga membuat siapa saja yang ada di dalam perahu karet (inflatable boat) akan merasakan bagaimana serunya mengarungi jeram-jeram di sungai.

Padahal bagi sebagian orang saat memasuki musim penghujan sangat rawan atau berbahaya bermain di aliran sungai.Tapi bagi kami inilah kesempatan untuk melakukan atraksi arung jeram. Selain arusnya deras, tantangannya pun mengasikkan. Dan alasan memilih Sungai Cianten merupakan salah satu sungai alami yang berlokasi di Leuwiliang, Kabupaten Bogor.

Atas usulan seorang rekan, akhirnya kami setuju. Hari dan tanggal pun disepakati. Minggu berikutnya menjelang akhir November, saat curah hujan tinggi di Jakarta dan Bogor, tim telah siap dengan segala perlengkapan yang dibutuhkan nanti. Dari Jakarta, Minggu subuh kami berlima dengan menggunakan mobil langsung menuju base camp di Desa Batu Beulah, Leuwiliang.

Tapi sebelumnya kami mampir dahulu di Kota Bogor untuk mengangkut perahu karet milik seorang teman yang sudah dipompa dan menaruhnya di atas mobil. Pengarungan kali ini sengaja tidak memakai operator --bisnis rafting-- melainkan pengarungan sendiri.

Pukul 8 pagi tibalah kami di lokasi start, Desa Batu Beulah, Kecamatan Cemplang --Pintu Air PLTA- Kracak, Leuwiliang. Sesampainya di Kracak, perahu karet yang akan kami gunakan segera diturunkan dari atas mobil menuju bibir sungai. Atas saran rekan kami sekaligus pemandu terlatih, kondisi sungai saat itu cukup deras dan bisa dikatakan aman untuk diarungi. Kami pun berkoordinasi dengan petugas pintu air, agar tidak membuka pintu air selama pengarungan nanti.

Setelah menuruni jalan setapak terjal, kami tiba di bibir sungai. Tampak segala perlengkapan arung jeram seperti rompi, helm, dayung, pompa dan konsumsi sudah diturunkan warga setempat yang ikut membantu. Selanjutnya perlengkapan tersebut kami pakai sesuai standar pengarungan. Kondisi sungai saat itu memang deras dan liar. Inilah pilihan terbaik untuk diarungi.

Walaupun kami sudah merasakan beberapa sungai di berbagai tempat di Pulau Jawa rasanya Cianten --berhulu di G. Halimun sepanjang 23 km-- memberikan kesan tersendiri. Buaian dan alunan Sungai Cianten dengan kriteria dan tingkat kesulitan (grade) III memiliki puluhan jeram sepanjang penyusuran dan juga keunikan yang tidak ditemui di sungai-sungai lainnya, yakni masih menyimpan keaslian alam dan memiliki kualitas air lebih jernih.

Dihantam di pertemuan sungai

Sebelum pengarungan dimulai perahu karet kami cek ulang, apakah kurang angin atau kelebihan angin. Keras atau kempesnya perahu sangat mempengaruhi pengarungan. Perahu karet yang digunakan ini dapat menampung 6-8 penumpang plus kapten yang bertindak sebagai pengemudi dan pengendali perahu.

Perahu yang kami gunakan bukan kualitas sembarangan, bertabung udara, tahan benturan batu dan guncangan jeram besar. Setelah checking perahu usai, kami mulai memakai jaket pelampung berlengan buntung plus helm pengaman. Dengan menggunakan peralatan ini diharapkan kemungkinan bahaya fatal dapat terhindarkan.

Tak lupa kami memakai sun block untuk dilumasi di seluruh muka, tangan dan kaki agar tak terbakar sinar matahari yang berfungsi sebagai pelindung kulit dari sengatan matahari.







Menuruni lereng terjal menuju tempat start










Mendayung sekuat tenaga setelah melewati jeram












Air terjun di pinggir sungai









Perahu karet pun siap ditunggangi. Kami doa bersama agar selama penyusuran selamat hingga tujuan akhir. Rute penyusuran diawali dari Batu Beulah - Jembatan Leuwiliang selama 3 jam (trip 1), dilanjutkan kembali menuju Pasir/Parung sejauh 35 km (trip 2) yang memakan waktu 4 jam. Jadi total pengarungan 7 jam.

Walau tidak seganas sungai-sungai lainnya seperti Aceh dan Kalimantan, jeram-jeram Cianten cukup menarik, dengan lebar sungai bervariatif mulai dari titik start hingga finish antara 16-20 meter serta kedalaman air mencapai 1-10 meter. Cianten yang kala itu mengalir deras mulai membangkitkan semangat untuk segera merasakan jeram-jeram liarnya.

Pengendali perahu berteriak agar tos bersama sambil mengangkat dayung dan memukul dayung kembali ke permukaan air yang berarti pengarungan akan dimulai. "Ok....semua siap........ pegang dayung pada posisi tangan yang benar dan go... go... dayung. Ayo.... dayung... dayung.... sekuat tenaga," berkali-kali sang kapten berteriak keras memberi semangat.

Jeram demi jeram kami lalui dengan teriakan gembira sambil tertawa asik. Ada jeram, ada bebatuan ada pula tebing sungai yang terjal. Disinilah kami mulai rasakan nikmatnya berarung jeram di Cianten. Deburan ombak dan percikan air yang dingin membias ke tubuh, serta teriakan kebersamaan satu..dua.. tiga berulangkali terdengar, membuat suasana menjadi riuh gembira.

Saking asiknya, selepas melewati jeram-jeram liar yang dikenal rawan seperti Rahong, Pendapa, Erna sambil bersorak memberi semangat, perahu ini kemudian kami dayung ketepian, dan selanjutnya diulangi kembali melewati jeram-jeram tersebut dengan cara menggotong perahu terlebih dahulu sambil berjalan kaki melewati pinggiran sungai. Itu kerap dilakukan berkali-kali setiap melewai jeram-jeram ganas.







Sempat terbalik di pertemuan sungai







Badan saling berbenturan atau terlempar ke luar perahu, menjadi pemandangan biasa dan menggelikan sekaligus mendebarkan. Jelaslah suasana seperti ini dapat menghilangkan stres kami dari segala persoalan setelah seminggu penuh bekerja dan beraktivitas yang cukup melelahkan.

Selama pengarungan, terlihat kadang sang kapten mengacungkan telunjuknya memberitahu ada biawak merayap di pinggiran sungai. "Lihat...lihat ada biawak sedang berjemur;" katanya. Itulah sebagian kecil adegan yang kami ditemui. Memang ada beberapa satwa dilindungi di Cianten seperti monyet abu-abu, sejenis surili (prebytuis aygula), biawak (varanus), burung paruh udang dan masih banyak lagi yang dapat dilihat di alam aslinya.

Pengamatan HL Selama pengarungan, panorama alam sepanjang Cianten sangat indah dan alami. Tepi sungainya berbukit hijau, dan sisi sungai bertebing. Bahkan dihiasi beberapa air terjun besar dan kecil yang tak terlalu tinggi. Selama mengarungi Cianten sudah beberapa kali perahu kami terbalik diakibatkan derasnya jeram yang dibelah.

Di tengah perjalanan, kami sempatkan beristirahat di sisi sungai, dan membuka bekal untuk sarapan seadanya menyantap lauk yang dibawa. Menyantap makanan ala kadarnya di pinggir sungai yang hening dari hiruk pikuk suara dan hanya riak sungai mengalir terdengar, membuat kami begitu mengagumi ciptaan Yang Maha Kuasa.

Selepas santap siang kami menuju air tejun kecil yang memuntahkan airnya di pinggiran tebing Cianten. Caranya kami rapatkan perahu ke air terjun dan menikmati tumpahan air yang membasahi sekujur tubuh dengan hentakan airnya yang deras seakan memijit-mijit badan. Wooow..... benar-benar mengagumkan .










Sungai Cianten masih terlihat alami







Satu jam berada di air terjun, pengarungan dilanjutkan kembali. Perahu didayung sekuat tenaga mengikuti arus air. Tak lama kemudian tibalah kami di Jembatan Leuwiliang (trip 1). Dari sini tanpa istirahat pengarungan dilanjutkan kembali. Berbeda dengan sebelumnya, trip 2 setelah melewati Jembatan Leuwiliang didominasi kondisi air flat (datar) tanpa arus hingga membuat kami mendayung ekstra kencang.

Jeram-jeram trip 2 tak seganas trip 1. Tak ada istimewa di rute ini. Bisa dikatakan trip 2 masuk kategori grade II. Semakin lama kami mendayung, lebar sungai semakin luas, begitu juga kedalamannya. Satu jam sebelum finish, aliran Sungai Cianten mulai pecah dan bergabung dengan Sungai Cisadane.

Disinilah perahu kami sempat terbalik dan memporakporandakan semua yang ada di dalamnya. Penyebabnya, akibat pertemuan arus kuat dari Cisadane di sebelah kanan yang langsung masuk ke Sungai Cianten. Hal ini tidak kami prediksi sebelumnya. Untunglah pelampung yang digunakan masing-masing anggota, dapat berfungsi baik, dan tidak ada kepanikan.

Celahan-celahan batu dan pinggiran sungai dapat digapai oleh anggota tim. Tak ada cidera sedikit pun, hanya kurang waspada saat pertemuan sungai. Perahu dengan segera ditarik ke pinggir, dan kami istirahat sejenak menghilangkan kekagetan atas peristiwa tersebut.

Perahu kami cek kembali, dan menambah angin. Setelah itu kembali masuk ke perahu melanjutkan perjalanan yang tinggal sedikit lagi jarak tempuhnya. Memasuki Cisadane tak ada lagi arus kuat, hanya arus datar dengan lebar sungai yang semakin luas.

Menjelang sore tibalah HL di Pasir Parung, akhir pengarungan. Kelelahan luar biasa ditambah kaki serta tangan tampak mengkerut, karena hampir 8 jam bermain-main di atas air Sungai Cianten dan Cisadane.

Dengan rasa puas dan gembira trip ini telah kami selasaikan dengan selamat walaupun beberapa kali perahu oleng dan terbalik hingga menghempaskan semua penumpang ke dalam jeram.


Tips - Aman Berarung Jeram Bagi Pemula

1. Pilih Perusahaan Arung Jeram yang Baik dan Aman.
Jika Anda masih pemula dan belum pernah mengikuti arung jeram, ada baiknya terlebih dahulu memilih perusahaan arung jeram yang baik dan aman dan harus memiliki sang pengendali perahu dengan pengalaman di sungai yang ada dalam paket mereka.

2. Lebih Baik Berarung Jeram dengan Beberapa Perahu
Akan lebih mudah melakukan tindakan penyelamatan jika ada yang terlempar ke air ketika Anda dalam rombongan perahu.

3. Periksa Perlengkapan Anda
Pada sungai deras (grade III-V) tali pengikat untuk mengikatkan kaki Anda sangat diperlukan. Ini untuk mencegah terlempar ke air. Rompi penyelamat sangat penting. Selain berguna sebagai jaket pelampung, rompi juga merupakan alat utama untuk mengangkat Anda jika keluar dan terlempar dari sungai.

Dan gunakan kaus tipis di balik rompi. Jika tidak ingin terbakar sinar matahari gunakan kaus lengan panjang atau gunakan tabir surya.

4. Memilih Sungai yang Aman
Jangan langsung berarung jeram di sungai dengan jeram grade V. Anda akan ketakutan dan mungkin tidak pernah berani lagi berarung jeram. Pilih sungai dengan grade II sebagai pemula. Sungai akan berbeda keadaannya pada musim hujan dan kemarau.

Perhatikan juga musim yang sedang berlangsung ketika berarung jeram. Jangan coba-coba berarung jeram pada tingkatan terlarang grade VI. Itu terlarang dan artinya orang akan meninggal. Alangkah sangat bijaksana untuk tidak mengambil resiko yang sama.

Jangan meremehkan kondisi sungai, bahkan seorang juara dunia kayak dari Australia bisa tenggelam pada tahun 1999. Kekuatan sungai bisa sangat besar dan tak terduga.

0 komentar: